Deru
Jengah
Nafas
Arah
Ada kalanya kita harus menepi dari segala rutinitas
Meraih kembali makna bebas
Menemukan diri kita pada titik dalam detik tanpa batas
Sebab di antara semua penat akan selalu ada yang melintas
Tawa kecil di waktu lalu
Suap demi suap masakan ibu
Juga rentetan senyum yang membuat kita tertunduk malu
Waktu berubah, rindu melangkah, usia bertambah, begitu pula kisah
Cinta
Luka
Tangis
Tawa,
bergantian mendaur ulang rasa
Kita terjebak dalam gerak tanpa jejak
Dan hati ku sampai pada pertanyaan,
"mau sampai kapan?"
Pada akhirnya kita harus berhenti mengenang dan mulai bertualang
Meraih kembali makna pulang
Membawa diri kita
Pada rela atas semua yang hilang dan seluruh yang datang
Percaya, yang terlepas akan berganti, yang bertahan akan abadi
Karena raga bisa berpindah
Namun hati akan selalu menetap
Sudah saatnya pergi, hati ku layak dicintai...
Jumat, 12 Oktober 2018
Selasa, 18 Agustus 2015
Untukmu.. Ran.
Aku mencintaimu bagaimana kamu menggenggam erat jemari Ibumu. Membuatku merasa nyaman akan berada disana pada satu waktu.
Aku mengagumimu bagaimana kerasnya kamu menuntut ilmu dan menjaga Ibumu pada saat yang sama, menunjukan bahwa kau kelak akan menjadi sosok istri dan Ibu yang luar biasa.
Cinta bisa datang kapan saja, tanpa aba-aba ataupun sepatah kata.
Dan apa kau tahu sayang? Bahkan setiap kali kau tertawa, aku selalu jatuh pada sosok yang sama.
Bukan kata-kata indah yang aku harapkan, sayang.
Karena lidah tak bertulang dan bibir bisa berkata tak benar.
Dan aku tahu dan kau pun pasti tahu bahwa perempuan yang baik-baik tidak akan menghabiskan waktunya hanya untuk membual belaka.
Sibukku dan sibukmu kelak nanti akan terbayar pada hari dimana kita bersanding bersama diikuti oleh satu irama nafas yang mengikat selamanya.
Namun , aku takkan memaksa jika kamu tidak ingin menjadi terikat selamamya ataupun menjadi tua bersama.
Karena cinta tak sepatutnya mengerat kuat, namun ia hanya bisa bergandeng tangan.
Bagaimana bisa kita berjalan sedang engkau ingin berlari kencang?
Meski hati akan selalu tahu ke mana ia harus pulang.
Jika memang namamu yang dituliskan untuk menjadi satu dengan jiwa...
Semoga kau tidak akan ke mana-mana disaat ragaku menua.
Semoga kau tidak akan bosan jika suatu saat nanti apa yang aku ucap hanya itu-itu saja.
Semoga kau akan menjadi pendamping yang kelak akan menuntunku ke Surga-Nya.
Senin, 27 Juli 2015
Ekspetasi yang kurang realistis
Saya lagi kepikiran sesuatu.. tentang ekspetasi yang di taruh cewek-cewek sama cowok-cowok di dunia ini.
Ekspetasi yang menurut saya agak kurang realistis.
Iyaaa.. Entah kenapa di hidup ini cowok di tuntut lebih. Lebih berani, lebih kuat, lebih sukses.
Lebih kuat misalnya, itu aja ekspetasi yang gajelas maksudnya apa? Seperti.. saya bingung kenapa cowok di dunia ini dianggap tabu untuk menangis? "Kamu cowok jangan nangis gaboleh cengeng"
Padahal mereka lupa.. Menangis itu tanda bahwa kita hidup.
Ingat waktu kita lahir? Waktu saya dilahirkan yang pertama kali dokter cek "Apakah saya menangis atau tidak?" bukan apakah saya kuat atau tidak? bukan apakah saya berani atau tidak? ataupun bukan apakah saya sukses atau tidak?
Iyaa saya paham semua cewek menginginkan dewasa, lebih maju pemikirannya ataupun menuntut lebih sukses dari cowoknya.
Tapi kan standar keberhasialan seseorang berbeda-beda?
Ada orang yang merasa hidupnya bermakna kalau semua impiannya tercapai dan mempunyai rencana masa depan.
Ada juga orang yang merasa hidupnya bermakna di masa sekarang apa yang ada di depan mata dia, sehingga dia tidak akan berakhir di hari tuanya menyesal. "Kenapa ketika muda saya terlalu serius?"
Saya seperti itu.. saya menikmati hidup bukan karena tidak peduli dengan hidup justru saya menghargai hidup dengan cara menikmatinya.
Saya bingung.. Kenapa cewek-cewek itu tidak bisa melihat itu semua di saya?
Langganan:
Postingan (Atom)